Jumat, 03 Mei 2013

askep DHF

Admin : setelah update info tentang askep hipertensi ane juga ingin sharing tentang askep DHF..yuk langsung dibaca saja....(^_^)..
=========================================================================
askep DHF
askep DHF
askep DHF selengkapnya bisa di baca di bawah ini...

DENGUE HAEMORRAGIC FEVER

A.    PENGERTIAN
Demam berdarah dengue atau haemorrogicfever adalah penyaki infeksi akut yang disebabkan oleh viru dengue (Albovirus) dan ditularkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus.

B.     PENYEBAB
Virus dengue tergolong famili/grup Flavividae yang dukenal ada 4 Serotipe, yaitu Den-1, Deb-2,Den-3,dan Den-4. Den- dan Den-3 merupakan serotype yang paling banyak diketemukan sebagai penyebab.

C.     TANDA DAN GEJALA
a.       Kriteria Klinis Deferensial
-    Suhu badan yang tiba-tiba meninggi
-    Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
-    Kurva demam menyerupai pelana kuda
-    Nyeri tekan terutama pada otot dan persendian
-    Leukopenia
b.      Kriteria WHO 1986
-    Demam akut yang cukup tinggi 2 – 7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang persendian, dan kepala.
-    Manifestasi perdarahan seperti uji tornikuet positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdwarahan gusi, hematemesis dan melena.
-    Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus
-    Dengan atau tanpa renjatan
-    Kenaikan hematokrit > 20%

D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.      Darah
-    Leukopenia dijumpai pada hari ke 2 atau ke 3
-    Dujimpai juga trombositopenia dan hemokonsentrasi
-    Masa pembekuan normal, masa perdarahan memanjang
-    Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, SGPT/SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat.
b.       Air Seni
      Mungkin ditemukan albuminurea ringan
c.      Sumsum Tulang
      Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian pada hari ke 5 hiperseluler dengan gangguan maturasi. Pada hari ke 10 kembali normal.
d.      Uji Serologi
      Dengan serum ganda ( Ig M ) dan serum tunggal ( Ig G )
e.      Isolasi Virus

E.     PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, penderita akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi  pada system retikolo endothelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.

Peningkatan premeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan ( Shock ). Sebagai akibat dari pelepasan zat anafilatoxin, histamine dan serotonin serta aktivitas system kalikrein yang mangakibatkan ekstravasasi cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler jyga berakibat pembesaran kapiler yang kamudian bisa terjadi perdarahan berupa petekie, epistaksis, haematemesis dan melena, yang dalam hal ini beresiko terjadinya shock hipovolemik.

Homokonsentrasi ( peningkatan kematokrit > 20 % ) menunjukkan adanya kebocoran plasma, sehingga nilai hematokrit sangat penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah eritrosit menunjukkan kabocoran plasta telah teratasi, sehingga pamberian cairan intravena harus dikurang untuk mencegah edema paru dan gagal jantung. Sebaliknmya bila tidak mendapatkan cairan yang cukup penderita akan mengalami kekurangan cairanyang dapat mengalami hipovolemik / renjatan yang bisa timbul anoksia jaringan, metabolic asidosis dan kematian apabila tidak teratasi segera.

F.      PENGKAJIAN FOKKUS
a.       Riwayat Kesehatan meliputi
-    Tempat tinggal
-    Kondisi lingkungan
-    Adakah riwayat bepergian dari kota ( wilayah endemic )
-    Riwayat pekerjaan
-    Faktor pencetus daan lamanya keluhan
b.      Tanda – tanda vital
c.       Pola nutrisi
d.      Pola aktivitas
e.       Nyeri / Kenyamanan
 

G. PATHWAYS KEPERAWATAN
H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder terhadap pelepasan zat pirogen.
2.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder terhadap peradangan ( proses inflamasi )
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder terhadap penekanan pada daerah gaster.
4.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap reaksi immunologi
5.      Resiko shock hipovolemi berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap pembesaran kapiler.

I.       FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1.      Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder terhadap pelepasan zat pirogen.
Intervensi :
a.   Kaji saat timbulnya nyeri
b.      Kaji tanda- tanda vital tiap 8 jam
c.       Beri penjelasan tentang penyebab demam
d.      Beri penjelasan pada klien / keluarga tentang hal –hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam
e.       Pertahankan tirah baring
f.       Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam
g.      Berikan kompres hangat
h.      Anjurkan untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat
i.        Kolaborasi untuk mpemberian antipiretik
Rasional :
a.       Untuk mengidentifikasi pola demam
b.      Tanda vital dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui keadaan umum klien
c.       Penjelasan yang diberikan dapat membantu menurunkan kecemasan
d.      Keterlibatan keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan.
e.       Mengurangi peningkatan metabolisme tubuh yang dapat mempengaruhi peningkatan suhu tubuh.
f.       Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi sehingga memerlukan asupan cairan yang adekuat
g.      Menghambat pusat simpisis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
h.      Kondisi kulit yang lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur serta mencegah timbulnya ruam kulit dan membantu proses penguapan.
i.        Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
2.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder terhadap peradangan ( proses inflamasi )
Intervensi :
a.       Mengkaji tingkat nyeri dengan rentang nyeri skala 0 - 10
b.      Beri posisi dan suasana yang nyaman
c.       Kaji bersama klien penyebab nyeri yang dialami
d.      Ajarkan pada klien metoda distraksi selama nyeri akut
e.       Ajarkan tindakan penurun nyeri invasive
f.       Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional :
a.       Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami klirn sesuai dengan respon individu terhadap nyeri
b.      Membantu menurunkan  ketegangan yang dapat meningkatkan nyeri
c.       Membantu klien dalam memilih cara yang nyaman untuk mengurangi nyeri
d.      Dapat membantu mengalihkan perhatian selama nyeri
e.       Mengurangi nyeri tanpa beban / rasa yang menyakitkan
f.       Dapat menurunkan nyeri secara optimal
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder terhadap penekanan pada daerah gaster.
Intervensi :
a.       Kaji kebiasaan diit klien
b.      Kaji adanya keluhan mual
c.       Beri makanan yang mudah dicerna
d.      Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering
e.       Jelaskan manfaat nutrisi untuk proses penyembuhan
f.       Berikan reinforcement saat klien mau dan berusaha menghabiskan makanan yang dihidangkan
g.      Pertahankan hygiene mulut baik sebelum dan sesudah makan
h.      Timbang BB setiap 2 hari sekali
Rasional :
a.       Mengetahui kecukupan asupan nutrisi
b.      Membantu menetapkan cara mengatasi mual
c.       Mengurangi kelelahan saat makan
d.      Adanya hepatomegali dapat menekan saluran gastrointestinal dan menurunkan kapasitasnya
e.       Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat
f.       Motivasi akan meningkatkan kemauan
g.      Akumulasi partikel dimulut dapat menambah baud an rasa tak sedap yang dapat menurunkan nafsu makan.
h.      Dapat sebagai patokan untuk mengetahui kemajuan atau proses penyembuhan
4.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap reaksi immunologi
Intervensi :
a.       Kaji KU klien / tanda vital
b.      Observasi adanya tanda-tanda shock
c.       Anjurkan klien untuk banyak minum
d.      Kaji tanda dan gejala dehidrasi
e.       Observasi input dan output
f.       Kolaborasi pemberian cairan intravena
Rasional :
a.       Menetapkan data dasar klien untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normal.
b.      Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
c.       Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
d.      Untuk mengetahui penyebab deficit volume cairan tubuh
e.       Untuk mengetahui keseimbangan cairan
f.       Pemberian cairan intravena sangat penting karena langsung masuk ke pembuluh darah ( vaskuler ).
5.      Resiko shock hipovolemi berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap pembesaran kapiler.
Intervensi :
a.       Monitor KU klien
b.      Observasi tanda-tanda vital tiap 2 – 3 jam
c.       Monitor tanda-tanda perdarahan
d.      Jelaskan pada klien / keluarga tentang tanda- tanda perdarahan yang mungkin terjadi
e.       Cek Hb, HT, AT setiap 6 jam
f.       Kolaborasi untuk tindakan atau pemberian tranfusi
g.      Kolaborasi pemberian hemostatikum
            Rasional :
a.       Untuk memantau kondisi klien selama mas perawatan
b.      Observasi tanda-tanda vital secara terus menerus, untuk antisipasi adanya shock
c.       Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera ditangani atau dicegah
d.      Dengan memberi penjelasan pada klien / keluarga diharapkan tanda-tanda shock atau perdarahan dapat segera diketahui
e.       Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan sebagai dasar melakukan tindakan lebih lanjut
f.       Untuk mengganti darah ( volume darah  ) serta komponen darah yang hilang
g.      Untuk membantu menghentikan perdarahan

J.       PENATALAKSANAAN
1.      Tirah baring
2.      makanan lunak
Minum 1,5 – 2 liter / 24 jam
3.      Pemberian medikamentosa yang bersaifat simtomatis
4.      Antibiotik diberikan bila terdapat resiko infeksi sekunder
5.      Pemberian cairan intravena


DAFTAR   PUSTAKA


Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi. EGC: Jakarta
Syaifullah,N. 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, FKUI : Jakarta

Demikianlah penjelasan tentang askep DHF..semoga bermanfaat ..(^_^)..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Asslamualikum....silahkan berkomentar dengan menggunakan hati nurani dan tidak mengandung SARA,SEX dan POLITIK (^_^)

Followers

Link Sahabat