Jumat, 03 Mei 2013

askep DHF

Admin : setelah update info tentang askep hipertensi ane juga ingin sharing tentang askep DHF..yuk langsung dibaca saja....(^_^)..
=========================================================================
askep DHF
askep DHF
askep DHF selengkapnya bisa di baca di bawah ini...

DENGUE HAEMORRAGIC FEVER

A.    PENGERTIAN
Demam berdarah dengue atau haemorrogicfever adalah penyaki infeksi akut yang disebabkan oleh viru dengue (Albovirus) dan ditularkan oleh nyamuk aedes, yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus.

B.     PENYEBAB
Virus dengue tergolong famili/grup Flavividae yang dukenal ada 4 Serotipe, yaitu Den-1, Deb-2,Den-3,dan Den-4. Den- dan Den-3 merupakan serotype yang paling banyak diketemukan sebagai penyebab.

C.     TANDA DAN GEJALA
a.       Kriteria Klinis Deferensial
-    Suhu badan yang tiba-tiba meninggi
-    Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
-    Kurva demam menyerupai pelana kuda
-    Nyeri tekan terutama pada otot dan persendian
-    Leukopenia
b.      Kriteria WHO 1986
-    Demam akut yang cukup tinggi 2 – 7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang persendian, dan kepala.
-    Manifestasi perdarahan seperti uji tornikuet positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdwarahan gusi, hematemesis dan melena.
-    Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus
-    Dengan atau tanpa renjatan
-    Kenaikan hematokrit > 20%

D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.      Darah
-    Leukopenia dijumpai pada hari ke 2 atau ke 3
-    Dujimpai juga trombositopenia dan hemokonsentrasi
-    Masa pembekuan normal, masa perdarahan memanjang
-    Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, SGPT/SGOT, ureum dan pH darah mungkin meningkat.
b.       Air Seni
      Mungkin ditemukan albuminurea ringan
c.      Sumsum Tulang
      Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian pada hari ke 5 hiperseluler dengan gangguan maturasi. Pada hari ke 10 kembali normal.
d.      Uji Serologi
      Dengan serum ganda ( Ig M ) dan serum tunggal ( Ig G )
e.      Isolasi Virus

E.     PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, penderita akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi  pada system retikolo endothelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa.

Peningkatan premeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan ( Shock ). Sebagai akibat dari pelepasan zat anafilatoxin, histamine dan serotonin serta aktivitas system kalikrein yang mangakibatkan ekstravasasi cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler jyga berakibat pembesaran kapiler yang kamudian bisa terjadi perdarahan berupa petekie, epistaksis, haematemesis dan melena, yang dalam hal ini beresiko terjadinya shock hipovolemik.

Homokonsentrasi ( peningkatan kematokrit > 20 % ) menunjukkan adanya kebocoran plasma, sehingga nilai hematokrit sangat penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah eritrosit menunjukkan kabocoran plasta telah teratasi, sehingga pamberian cairan intravena harus dikurang untuk mencegah edema paru dan gagal jantung. Sebaliknmya bila tidak mendapatkan cairan yang cukup penderita akan mengalami kekurangan cairanyang dapat mengalami hipovolemik / renjatan yang bisa timbul anoksia jaringan, metabolic asidosis dan kematian apabila tidak teratasi segera.

F.      PENGKAJIAN FOKKUS
a.       Riwayat Kesehatan meliputi
-    Tempat tinggal
-    Kondisi lingkungan
-    Adakah riwayat bepergian dari kota ( wilayah endemic )
-    Riwayat pekerjaan
-    Faktor pencetus daan lamanya keluhan
b.      Tanda – tanda vital
c.       Pola nutrisi
d.      Pola aktivitas
e.       Nyeri / Kenyamanan
 

G. PATHWAYS KEPERAWATAN
H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder terhadap pelepasan zat pirogen.
2.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder terhadap peradangan ( proses inflamasi )
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder terhadap penekanan pada daerah gaster.
4.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap reaksi immunologi
5.      Resiko shock hipovolemi berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap pembesaran kapiler.

I.       FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1.      Hipertermi berhubungan dengan pelepasan asam arakidonat pada hipotalamus sekunder terhadap pelepasan zat pirogen.
Intervensi :
a.   Kaji saat timbulnya nyeri
b.      Kaji tanda- tanda vital tiap 8 jam
c.       Beri penjelasan tentang penyebab demam
d.      Beri penjelasan pada klien / keluarga tentang hal –hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam
e.       Pertahankan tirah baring
f.       Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam
g.      Berikan kompres hangat
h.      Anjurkan untuk memakai pakaian yang dapat menyerap keringat
i.        Kolaborasi untuk mpemberian antipiretik
Rasional :
a.       Untuk mengidentifikasi pola demam
b.      Tanda vital dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui keadaan umum klien
c.       Penjelasan yang diberikan dapat membantu menurunkan kecemasan
d.      Keterlibatan keluarga dapat membantu dalam proses penyembuhan.
e.       Mengurangi peningkatan metabolisme tubuh yang dapat mempengaruhi peningkatan suhu tubuh.
f.       Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi sehingga memerlukan asupan cairan yang adekuat
g.      Menghambat pusat simpisis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
h.      Kondisi kulit yang lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur serta mencegah timbulnya ruam kulit dan membantu proses penguapan.
i.        Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
2.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan stimulasi nosiseptor sekunder terhadap peradangan ( proses inflamasi )
Intervensi :
a.       Mengkaji tingkat nyeri dengan rentang nyeri skala 0 - 10
b.      Beri posisi dan suasana yang nyaman
c.       Kaji bersama klien penyebab nyeri yang dialami
d.      Ajarkan pada klien metoda distraksi selama nyeri akut
e.       Ajarkan tindakan penurun nyeri invasive
f.       Kolaborasi untuk pemberian analgetik
Rasional :
a.       Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dialami klirn sesuai dengan respon individu terhadap nyeri
b.      Membantu menurunkan  ketegangan yang dapat meningkatkan nyeri
c.       Membantu klien dalam memilih cara yang nyaman untuk mengurangi nyeri
d.      Dapat membantu mengalihkan perhatian selama nyeri
e.       Mengurangi nyeri tanpa beban / rasa yang menyakitkan
f.       Dapat menurunkan nyeri secara optimal
3.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, anoreksia sekunder terhadap penekanan pada daerah gaster.
Intervensi :
a.       Kaji kebiasaan diit klien
b.      Kaji adanya keluhan mual
c.       Beri makanan yang mudah dicerna
d.      Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering
e.       Jelaskan manfaat nutrisi untuk proses penyembuhan
f.       Berikan reinforcement saat klien mau dan berusaha menghabiskan makanan yang dihidangkan
g.      Pertahankan hygiene mulut baik sebelum dan sesudah makan
h.      Timbang BB setiap 2 hari sekali
Rasional :
a.       Mengetahui kecukupan asupan nutrisi
b.      Membantu menetapkan cara mengatasi mual
c.       Mengurangi kelelahan saat makan
d.      Adanya hepatomegali dapat menekan saluran gastrointestinal dan menurunkan kapasitasnya
e.       Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat
f.       Motivasi akan meningkatkan kemauan
g.      Akumulasi partikel dimulut dapat menambah baud an rasa tak sedap yang dapat menurunkan nafsu makan.
h.      Dapat sebagai patokan untuk mengetahui kemajuan atau proses penyembuhan
4.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan plasma darah sekunder terhadap reaksi immunologi
Intervensi :
a.       Kaji KU klien / tanda vital
b.      Observasi adanya tanda-tanda shock
c.       Anjurkan klien untuk banyak minum
d.      Kaji tanda dan gejala dehidrasi
e.       Observasi input dan output
f.       Kolaborasi pemberian cairan intravena
Rasional :
a.       Menetapkan data dasar klien untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normal.
b.      Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani
c.       Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
d.      Untuk mengetahui penyebab deficit volume cairan tubuh
e.       Untuk mengetahui keseimbangan cairan
f.       Pemberian cairan intravena sangat penting karena langsung masuk ke pembuluh darah ( vaskuler ).
5.      Resiko shock hipovolemi berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap pembesaran kapiler.
Intervensi :
a.       Monitor KU klien
b.      Observasi tanda-tanda vital tiap 2 – 3 jam
c.       Monitor tanda-tanda perdarahan
d.      Jelaskan pada klien / keluarga tentang tanda- tanda perdarahan yang mungkin terjadi
e.       Cek Hb, HT, AT setiap 6 jam
f.       Kolaborasi untuk tindakan atau pemberian tranfusi
g.      Kolaborasi pemberian hemostatikum
            Rasional :
a.       Untuk memantau kondisi klien selama mas perawatan
b.      Observasi tanda-tanda vital secara terus menerus, untuk antisipasi adanya shock
c.       Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera ditangani atau dicegah
d.      Dengan memberi penjelasan pada klien / keluarga diharapkan tanda-tanda shock atau perdarahan dapat segera diketahui
e.       Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan sebagai dasar melakukan tindakan lebih lanjut
f.       Untuk mengganti darah ( volume darah  ) serta komponen darah yang hilang
g.      Untuk membantu menghentikan perdarahan

J.       PENATALAKSANAAN
1.      Tirah baring
2.      makanan lunak
Minum 1,5 – 2 liter / 24 jam
3.      Pemberian medikamentosa yang bersaifat simtomatis
4.      Antibiotik diberikan bila terdapat resiko infeksi sekunder
5.      Pemberian cairan intravena


DAFTAR   PUSTAKA


Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi. EGC: Jakarta
Syaifullah,N. 1998. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, FKUI : Jakarta

Demikianlah penjelasan tentang askep DHF..semoga bermanfaat ..(^_^)..

askep hipertensi

Admin : selamat pagi yang cerah......kali ini ane mau sharing tentang askep hipertensi.yuk langsung saja kita simak penjelasan tentang askep hipertensinya....ok langsung aja kita ke TKP..cekidoot..(^_^)
=========================================================================
askep hipertensi
askep hipertensi
Ada yang tahu apa itu darah tinggi...??? semua akan di bahas dalam askep hipertensi.yuk simak...                                                                           

I.             PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )  Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). 

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

II.          PENYEBAB

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1.      Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2.      Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b.      Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur       ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras (    ras    kulit   hitam   lebih  banyak dari kulit putih )
c.       Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )


III.       PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. 

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. 

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. 

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

IV.       TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward  K Chung, 1995 )
1.      Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2.      Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

V.          PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2.      Pemeriksaan retina
3.      Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4.      EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5.      Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6.      Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7.      Foto dada dan CT scan

VI.       PENGKAJIAN
1.      Aktivitas / istirahat
Gejala           : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda           : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
2.      Sirkulasi
Gejala           : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda           : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
3.      Integritas Ego
Gejala           :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress multipel
Tanda           : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara
4.      Eliminasi
Gejala           : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5.      Makanan / Cairan
Gejala           : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Tanda           : BB normal atau obesitas, adanya edema
6.      Neurosensori
Gejala           : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda           :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
7.      Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala           : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
8.      Pernapasan
Gejala           : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda           : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis
9.      Keamanan
Gejala           : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda           : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural
10.  Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala           : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

VII.    PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : (2,8)
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a.       Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok
f). Diet tinggi kalium
b.      Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a).  Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona       latihan
d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c.       Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek   tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan       biofeedback     terutama    dipakai   untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d.      Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.      Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai

 obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
a.       Step 1        : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b.      Step 2        : Alternatif  yang bisa diberikan
1)      Dosis obat pertama dinaikan
2)      Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3)      Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c.       Step 3        : alternatif yang bisa ditempuh
1)      Obat ke-2 diganti
2)      Ditambah obat ke-3 jenis lain
d.      Step 4        : alternatif pemberian obatnya
1)      Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2)      Re-evaluasi dan konsultasi
3.      Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan                          ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.    Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
a.       Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b.      Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c.       Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
e.       Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
f.       Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
g.      Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
h.      Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
i.  Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
j.   Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
k.     Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
l.     Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
m.    Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
n.      Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
o.      Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard
Intervensi keperawatan :
a.       Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b.      Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c.       Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d.      Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e.       Catat edema umum
f.       Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g.      Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h.      Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i.        Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j.        Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k.      Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l.        Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m.    Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

2.      Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a.       Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b.      Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c.       Batasi aktivitas
d.      Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e.       Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f.       Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

3.      Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi 
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
a.       Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b.      Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
c.       Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d.      Amati adanya hipotensi mendadak
e.       Ukur masukan dan pengeluaran
f.       Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g.      Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan

Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil

4.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
a.       Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b.      Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c.       Diskusikan tentang obat-obatan : nama,  dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
d.      Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e.       Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f.       Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g.      Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h.      Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i.        Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j.        Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan 





DAFTAR PUSTAKA


Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

Gunawan, Lany.  Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit              Kanisius, 2001

Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999

Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan,  1995

Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996

Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,  2002

Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995

Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet, Jakarta, Penerbit Arcan,  1995

Tucker, S.M, et all . Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, diagnosis dan evaluasi , Edisi V, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1998

 Itulah penjelasan tentang askep hipertensi..semoga bermanfaat (^_^)
=========================================================================



Followers

Link Sahabat